Sabtu, 04 Januari 2014

Pekerja Asing di Indonesia wajib berbahasa Indonesia

Pekerja Asing di indonesia wajib berbahasa indonesia - Orang asing yang akan bekerja di Indonesia harus mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia. Terlebih dahulu, mereka harus mengikuti Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia yang diselenggarakan Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.
“Ya ini semacam Toefl dalam bahasa Inggris,” kata Kepala Bidang Pembinaan Bahasa Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Mustakim di sela-sela Simposium Internasional Perencanaan Bahasa di Jakarta, Selasa (2/11/2010).
Menurut Mustakim ketentuan itu sesuai dengan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009. Undang-undang ini mewajibkan orang asing yang akan bekerja di Indonesia atau yang akan mengikuti studi di Indonesia atau yang akan menjadi warga negara Indonesia itu harus mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia.
“Sekarang kan undang-undangnya sudah ada hanya menunggu Perpres. Perpres masih akan dibahas di tingkat departemen antar kementeriaan,” jelasnya.
Negara lain, lanjutnya juga memberlakukan aturan ini, bahwa orang asing yang bekerja juga harus mempunyai kemampuan berbahasa di negara tujuan.
“Kita kalau belajar atau bekerja keluar negeri kan diwajibkan mempunyai kemampuan berbahasa asing,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Mustakim persyaratan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik harus dimiliki bagi pekerja asing yang akan bekerja, seperti menjadi wartawan ataupun dokter.
“Untuk yang menjadi WNI mungkin syaratnya tidak terlalu berat, punya kemampuan untuk tingkat dasar saja untuk keperluan sehari-hari,” tandasnya.
“Sekarang ini sudah ada ratusan orang asing yang telah mengikuti Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia,” pungkasnya.
Pekerja Asing di indonesia wajib berbahasa indonesia - Orang asing yang akan bekerja di Indonesia harus mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia. Terlebih dahulu, mereka harus mengikuti Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia yang diselenggarakan Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.
“Ya ini semacam Toefl dalam bahasa Inggris,” kata Kepala Bidang Pembinaan Bahasa Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Mustakim di sela-sela Simposium Internasional Perencanaan Bahasa di Jakarta, Selasa (2/11/2010).
Menurut Mustakim ketentuan itu sesuai dengan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009. Undang-undang ini mewajibkan orang asing yang akan bekerja di Indonesia atau yang akan mengikuti studi di Indonesia atau yang akan menjadi warga negara Indonesia itu harus mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia.
“Sekarang kan undang-undangnya sudah ada hanya menunggu Perpres. Perpres masih akan dibahas di tingkat departemen antar kementeriaan,” jelasnya.
Negara lain, lanjutnya juga memberlakukan aturan ini, bahwa orang asing yang bekerja juga harus mempunyai kemampuan berbahasa di negara tujuan.
“Kita kalau belajar atau bekerja keluar negeri kan diwajibkan mempunyai kemampuan berbahasa asing,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Mustakim persyaratan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik harus dimiliki bagi pekerja asing yang akan bekerja, seperti menjadi wartawan ataupun dokter.
“Untuk yang menjadi WNI mungkin syaratnya tidak terlalu berat, punya kemampuan untuk tingkat dasar saja untuk keperluan sehari-hari,” tandasnya.
“Sekarang ini sudah ada ratusan orang asing yang telah mengikuti Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia,” pungkasnya.
Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf
Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf
Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf
Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf
Purpura Alergis Adalah Penyakit Yang Menyerang Kulit Dan Sendi
       Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.


- Alergi terhadap beberapa obat dan vaksin, terhadap gigitan serangga atau terhadap beberapa makanan (misal gandum, telur, susu dan coklat).
- Reaksi autoimun yang terarah melawan dinding vaskular, yang dipicu oleh infeksi bakteri (terutama infeksi streptokokus).

Tanda Dan Gejala Penyakit Purpura Alergis :
- Edema angioneurotik (kadang-kadang)
- Anoreksia
- Pendarahan dari permukaan mukosal di ureter, kandung kemih atau uretra.
- Glomerulonefritis (kadang-kadang)
- Sakit kepala
- Sindrom Henoch-Schonlein
- Edema setempat pada tangan, kaki atau kulit kepala
- Demam sedang dan tidak teratur
- Nefritis
- Parestesia
- Efusi periartikular
- Pruritus
- Hemoragi renal
- Nyeri reumatoid
- Lesi kulit yang berwarna ungu, makular, ekimotik, dan ukurannya bervariasi, biasanya muncul dengan pola simetris di lengan dan kaki. Pada anak-anak, lesi ini biasanya meluas dan menjadi hemoragi.

Uji Diagnostik :
- Jumlah sel darah putih bertambah banyak dan tingkat sedimentasi eritrosit meningkat
- Hasil uji turniket positip
- Hasil uji koagulasi normal
- Sinar X pada usus kecil bisa memperlihatkan area edema selintas
- Hasil uji darah dalam urin dan tinja biasanya positip
- Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum yang naik bisa mengindikasikan keterlibatan ginjal.

Tindakan Penanganan :
- Kortikosteroid bisa diberikan untuk meringankan edema akibat purpura alergis yang parah.
- Analgesik bisa digunakan untuk meringankan nyeri sendi dan abdominal
- Beberapa pasien yang menderita penyakit ginjal kronis bisa memanfaatkan imunosupresi dengan azathioprine (Imuran) atau kortikosteroid, bersama dengan identifikasi alergen provokatif. (Williams and Wilkins).
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf

Purpura Alergis Adalah Penyakit Yang Menyerang Kulit Dan Sendi

       Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.


- Alergi terhadap beberapa obat dan vaksin, terhadap gigitan serangga atau terhadap beberapa makanan (misal gandum, telur, susu dan coklat).
- Reaksi autoimun yang terarah melawan dinding vaskular, yang dipicu oleh infeksi bakteri (terutama infeksi streptokokus).

Tanda Dan Gejala Penyakit Purpura Alergis :
- Edema angioneurotik (kadang-kadang)
- Anoreksia
- Pendarahan dari permukaan mukosal di ureter, kandung kemih atau uretra.
- Glomerulonefritis (kadang-kadang)
- Sakit kepala
- Sindrom Henoch-Schonlein
- Edema setempat pada tangan, kaki atau kulit kepala
- Demam sedang dan tidak teratur
- Nefritis
- Parestesia
- Efusi periartikular
- Pruritus
- Hemoragi renal
- Nyeri reumatoid
- Lesi kulit yang berwarna ungu, makular, ekimotik, dan ukurannya bervariasi, biasanya muncul dengan pola simetris di lengan dan kaki. Pada anak-anak, lesi ini biasanya meluas dan menjadi hemoragi.

Uji Diagnostik :
- Jumlah sel darah putih bertambah banyak dan tingkat sedimentasi eritrosit meningkat
- Hasil uji turniket positip
- Hasil uji koagulasi normal
- Sinar X pada usus kecil bisa memperlihatkan area edema selintas
- Hasil uji darah dalam urin dan tinja biasanya positip
- Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum yang naik bisa mengindikasikan keterlibatan ginjal.

Tindakan Penanganan :
- Kortikosteroid bisa diberikan untuk meringankan edema akibat purpura alergis yang parah.
- Analgesik bisa digunakan untuk meringankan nyeri sendi dan abdominal
- Beberapa pasien yang menderita penyakit ginjal kronis bisa memanfaatkan imunosupresi dengan azathioprine (Imuran) atau kortikosteroid, bersama dengan identifikasi alergen provokatif. (Williams and Wilkins).
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf

Purpura Alergis Adalah Penyakit Yang Menyerang Kulit Dan Sendi

       Purpura Alergis atau purpura anafilaktoid merupakan tipe purpura nontrombositopenik yang ditandai oleh gejala alergi dan inflamasi vaskular akut atau kronis yang menyerang kulit, sendi atau traktus GI atau genitourinari (GU). Jika purpura alergis paling banyak menyerang traktus (GI) dan disertai nyeri sendi, penyakit ini disebut sindrom Henoch-Schonlein atau purpura anafilaktoid. Akan tetapi, istilah purpura alergis berlaku untuk purpura yang berkaitan dengan banyak kondisi lain seperti eritema nodosum. Serangan purpura alergis akut bisa berlangsung selama beberapa minggu dan bisa fatal (biasanya akibat gagal ginjal), namun berita baiknya sebagian besar pasien bisa sembuh.
Purpura yang berkembang sepenuhnya akan menjadi penyakit yang persisten dan melemahkan, kemungkinan menyebabkan glomerulonefritis kronis (terutama akibat infeksi streptokokus).
Purpura alergis lebih sering menyerang pada pria daripada wanita dan paling sering diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun. Prognosisnya lebih baik pada anak-anak daripada orang dewasa.

- Alergi terhadap beberapa obat dan vaksin, terhadap gigitan serangga atau terhadap beberapa makanan (misal gandum, telur, susu dan coklat).
- Reaksi autoimun yang terarah melawan dinding vaskular, yang dipicu oleh infeksi bakteri (terutama infeksi streptokokus).

Tanda Dan Gejala Penyakit Purpura Alergis :
- Edema angioneurotik (kadang-kadang)
- Anoreksia
- Pendarahan dari permukaan mukosal di ureter, kandung kemih atau uretra.
- Glomerulonefritis (kadang-kadang)
- Sakit kepala
- Sindrom Henoch-Schonlein
- Edema setempat pada tangan, kaki atau kulit kepala
- Demam sedang dan tidak teratur
- Nefritis
- Parestesia
- Efusi periartikular
- Pruritus
- Hemoragi renal
- Nyeri reumatoid
- Lesi kulit yang berwarna ungu, makular, ekimotik, dan ukurannya bervariasi, biasanya muncul dengan pola simetris di lengan dan kaki. Pada anak-anak, lesi ini biasanya meluas dan menjadi hemoragi.

Uji Diagnostik :
- Jumlah sel darah putih bertambah banyak dan tingkat sedimentasi eritrosit meningkat
- Hasil uji turniket positip
- Hasil uji koagulasi normal
- Sinar X pada usus kecil bisa memperlihatkan area edema selintas
- Hasil uji darah dalam urin dan tinja biasanya positip
- Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum yang naik bisa mengindikasikan keterlibatan ginjal.

Tindakan Penanganan :
- Kortikosteroid bisa diberikan untuk meringankan edema akibat purpura alergis yang parah.
- Analgesik bisa digunakan untuk meringankan nyeri sendi dan abdominal
- Beberapa pasien yang menderita penyakit ginjal kronis bisa memanfaatkan imunosupresi dengan azathioprine (Imuran) atau kortikosteroid, bersama dengan identifikasi alergen provokatif. (Williams and Wilkins).
- See more at: http://www.duniaalatkedokteran.com/2011/01/purpura-alergis-adalah-penyakit-yang.html#sthash.FFAj6CHI.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar